Tips Membantu Anak Agar Terhindar Dari Sikap Malas
Tips Membantu Anak Agar Terhindar Dari Sikap Malas - Dalam
menjalankan kegiatan sehari-harinya terkadang anak pun mengalami situasi
malas seperti halnya orang dewasa. Namun, sikap bermalas-malasan ini tentu
tidak baik apabila dibiarkan terus-menerus. Sebab, khawatir akan membuatnya
menjadi terbiasa bersikap malas dalam segala hal.
Salah satu hal yang sering terjadi pada anak
adalah perasaan malas untuk pergi ke sekolah. Terkadang, walaupun jarak antara
rumah dan sekolah adalah dekat namun anak sesekali menolak untuk berangkat ke
sekolah. Ia malah memilih untuk bermalas-malasan di rumah. Apabila orang tua menemukan
sikap anak seperti ini maka segeralah untuk mencari penyebabnya. Karena, boleh
jadi anak malas pergi ke sekolah karena takut oleh guru yang terlalu galak dan
kejam terhadapnya. Atau, mungkin saja ia mendapatkan beberapa teman yang sering
nakal dan mengganggunya selama ia di sekolah. Selain itu, boleh jadi anak malas
pergi ke sekolah karena ia mendapatkan banyak kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal pelajaran, terlalu banyak PR (pekerjaan rumah) yang belum selesai
sehingga ia merasa stres.
Apabila penyebab anak malas karena hal-hal di
atas maka orangtua dapat membantunya dengan cara membicarakan apa yang menjadi
beban anak tersebut kepada pihak sekolah. Biasanya, situasi sekolah yang
menyenangkan dan memberikan rasa aman serta nyaman kepada anak dapat
menciptakan semangat belajar yang baik kepada anak. Anak pun akan merasa betah,
senang, dan bahagia melewatkan hari-harinya di sekolah.
Namun, selain hal di atas ada kemungkinan lain
yang dapat menyebabkan anak bersikap malas. Yaitu, meniru kebiasaan orangtua
yang suka bermalas-malasan dalam menjalankan kegiatan hidup. Menyikapi sikap
anak seperti itu, orangtua harus segera introspeksi diri dan tidak
memperlihatkan sikap malas di hadapan anak. Janganlah menjadi orangtua pemalas
sebab anak akan meniru tindakan tersebut. Sebaliknya, orangtua harus mendorong
anak agar tidak bersikap malas (Jenny Gichara, 2006). Misalnya, dengan cara
membiasakan hidup teratur, disiplin, dan tepat waktu.
Pendekatan Teoritis dan Tips Agar
Anak Tidak Malas
Pendekatan teoritis
untuk mencegah anak menjadi malas melibatkan pemahaman mendalam tentang
perkembangan anak, motivasi, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
motivasi dan keinginan anak untuk belajar dan berpartisipasi. Kita akan
membahas beberapa teori psikologi yang dapat membantu orang tua memahami dan
mengatasi masalah malas pada anak, serta memberikan panduan praktis untuk
mengimplementasikannya dalam pengasuhan sehari-hari.
1. Teori Motivasi
Pendekatan utama dalam
memahami mengapa anak menjadi malas adalah melalui lensa teori motivasi.
Teori-teori motivasi seperti Teori Keinginan (Expectancy Theory), Teori Otonomi
(Self-Determination Theory), dan Teori Tujuan Pencapaian (Achievement Goal
Theory) dapat memberikan wawasan yang berguna dalam mengatasi masalah ini.
·
Teori
Keinginan (Expectancy Theory):
Teori ini berfokus pada bagaimana orang membuat keputusan berdasarkan harapan
dan nilai-nilai yang mereka tempatkan pada tindakan tertentu. Orang tua dapat
mengaplikasikan teori ini dengan membantu anak melihat hubungan antara usaha
yang mereka investasikan dalam belajar dan hasil yang mereka dapatkan. Dengan
mendemonstrasikan bahwa usaha mereka akan menghasilkan hasil yang lebih baik,
anak dapat menjadi lebih termotivasi.
·
Teori
Otonomi (Self-Determination Theory): Teori ini menekankan pentingnya memberikan anak pilihan dan kontrol
atas aktivitas mereka. Orang tua dapat mendorong otonomi anak dengan memberikan
mereka kesempatan untuk membuat keputusan tentang bagaimana dan kapan mereka
akan belajar atau berpartisipasi dalam aktivitas tertentu. Dengan memberikan
anak kendali atas proses, mereka mungkin merasa lebih berkomitmen dan
termotivasi.
·
Teori
Tujuan Pencapaian (Achievement Goal Theory): Teori ini mengidentifikasi dua jenis tujuan, yaitu tujuan kinerja
(performance goals) dan tujuan pembelajaran (learning goals). Orang tua dapat
membantu anak fokus pada tujuan pembelajaran, yang berkaitan dengan
meningkatkan pemahaman dan keterampilan, daripada hanya mencapai hasil
tertentu. Ini dapat membantu mengurangi tekanan yang terkait dengan mencapai
hasil yang sempurna dan mendorong anak untuk belajar untuk diri mereka sendiri.
2. Teori Perkembangan
Pemahaman perkembangan
anak juga penting dalam mengatasi masalah malas. Salah satu teori perkembangan
yang relevan adalah Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Piaget
mengemukakan bahwa anak-anak mengalami tahap perkembangan kognitif yang
berbeda, dan orang tua perlu memahami tahap perkembangan anak mereka agar dapat
mengatur harapan dan dukungan yang sesuai.
·
Tahap
Konkret Operasional (Concrete Operational Stage): Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan
kemampuan berpikir lebih abstrak dan logis. Orang tua dapat menghadirkan materi
belajar yang lebih menantang dan mendukung pemikiran abstrak anak, yang dapat
mengurangi kebosanan mereka.
·
Tahap
Operasi Formal (Formal Operational Stage): Di tahap ini, anak-anak mampu berpikir tentang konsep-konsep yang
kompleks dan dapat membuat hipotesis dan berpikir tentang masa depan. Orang tua
dapat mendorong anak untuk berpikir tentang tujuan jangka panjang dan membantu
mereka merencanakan tindakan mereka dengan cara yang lebih strategis.
3. Faktor-Faktor Motivasi Individu
Setiap anak unik, dan
faktor-faktor yang memotivasi mereka dapat berbeda. Oleh karena itu, orang tua
perlu memahami faktor-faktor ini untuk membantu anak tidak malas. Dalam teori
motivasi, terdapat dua tipe motivasi utama: motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
·
Motivasi
Intrinsik: Ini adalah motivasi
yang muncul dari dalam diri individu, ketika seseorang melakukan sesuatu karena
rasa minat, kepuasan pribadi, atau rasa pencapaian. Orang tua dapat merangsang
motivasi intrinsik dengan mendukung minat dan hobi anak, memberikan tantangan
yang sesuai dengan tingkat keterampilan mereka, dan memberikan penghargaan yang
berkaitan dengan pencapaian.
·
Motivasi
Ekstrinsik: Motivasi
ekstrinsik datang dari faktor-faktor eksternal, seperti hadiah atau hukuman.
Orang tua perlu berhati-hati dalam menggunakan motivasi ekstrinsik, karena
terlalu bergantung pada penghargaan atau hukuman dapat mengurangi motivasi
intrinsik. Namun, dalam beberapa situasi, penggunaan hadiah atau insentif dapat
membantu meningkatkan motivasi anak jika digunakan secara bijak.
4. Pembentukan Lingkungan yang
Mendukung
Lingkungan fisik dan
sosial anak juga memiliki pengaruh besar pada motivasi mereka untuk belajar dan
berpartisipasi dalam aktivitas. Orang tua dapat menciptakan lingkungan yang
mendukung melalui beberapa cara:
·
Membuat
Ruang Belajar yang Menyenangkan:
Buatlah ruang belajar yang nyaman dan menarik dengan peralatan dan sumber daya
yang diperlukan. Ini dapat membantu anak merasa termotivasi untuk belajar.
·
Mendorong
Keterlibatan Sosial: Dukung
keterlibatan anak dalam aktivitas sosial yang positif, seperti klub atau
kegiatan ekstrakurikuler. Interaksi dengan teman sebaya dapat meningkatkan
motivasi dan rasa keterlibatan.
·
Memberikan
Dukungan dan Dorongan: Orang
tua memiliki peran penting dalam memberikan dukungan emosional dan dorongan
kepada anak-anak mereka. Anak yang merasa didukung akan lebih termotivasi untuk
berusaha lebih keras.
5. Komunikasi Terbuka dan
Pemecahan Masalah
Orang tua perlu
menjaga komunikasi terbuka dengan anak-anak mereka. Ini berarti mendengarkan
dengan empati dan berbicara tentang masalah-masalah yang mungkin membuat anak
menjadi malas. Ketika anak menghadapi hambatan atau tantangan dalam belajar
atau berpartisipasi, orang tua dapat membantu mereka mengidentifikasi masalah
dan mencari solusi bersama.
6. Model Perilaku Positif
Orang tua juga
berperan sebagai model perilaku bagi anak-anak mereka. Dengan menunjukkan sikap
dan perilaku yang positif terhadap belajar dan berpartisipasi dalam aktivitas,
orang tua dapat memberikan contoh yang kuat bagi anak-anak mereka. Anak-anak
cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka, jadi berperilaku
positif akan memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya motivasi dan
keterlibatan.
7. Memberikan Umpan Balik yang
Konstruktif
Orang tua perlu
memberikan umpan balik yang konstruktif kepada anak-anak mereka. Umpan balik
harus fokus pada upaya dan strategi yang anak gunakan, bukan hanya pada hasil
akhir. Ini dapat membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan
untuk memperbaiki diri.
Demikianlah
apa yang bisa kami sampaikan mengenai tips membantu anak
agar terhindar dari sikap malas. Semoga bermanfaat (tipsnya.com).
Tidak ada komentar untuk "Tips Membantu Anak Agar Terhindar Dari Sikap Malas"
Posting Komentar