Tips Mengasuh Anak Menjadi Hebat
Tips Mengasuh Anak Menjadi Hebat - Mungkin ini juga kenapa Tiongkok bisa survive di banyak lini ekonomi. sangat mungkin china itu punya mental yang tangguh sementara orang lain begitu terlena dengan dogma nasib. Padahal Gairah kerja adalah pertanda daya hidup; dan selama orang tidak suka bekerja sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut. Begitu menurut Pramoedya ananta toer.
Tentu ada yang salah dengan lemahnya mental orang
dari suku bangsa lain, bukan karena DNA yang lemah, atau keturunan yang
dikutuk. Sebab dari dokumentasi sejarah dunia, misalnya ternyata orang Jawa
pelakunya, Raden Wijaya adalah salah satu dari dua Raja yang mampu memukul
mundur kekuatan militer dunia saat itu, yaitu mongol. Kita dan raden wijaya
terkoneksi dalam arketip.
Jika Raden Wijaya hanya mengusir tentara
Mongol dari tanah jawa, Qutuz justru yang menutup pertualangan Mongol di Ain
Jalut sekaligus mengawali kerontokan kekuatan mongol yang fenomenal itu. Kita
pun masih terkoneksi dengan Qutuz melalui koneksi Akidah. Dalam waktu yang
lebih terbayangkan, milisi jawa tercatat pada tanggal 10 nopember pernah
melawan tentara Inggris yang diperkuat pasukan sadis gurkha di Surabaya. bahkan
membunuh Brigadir Jenderal Mallaby
Rasanya jika melihat dari sejarah itu, sangat
mungkin persoalannya bukan pada keturunan atau bahan baku. Apalagi dalam surat
QS. Ali Imron: 110 “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah.” Dan yang bicara ini adalah Allah. Jika demikian,
persoalannya ada di mana?
Pola Asuh yang Salah Tidak Akan Membuat Anak Menjadi Hebat
Menurut pendapat saya, kemungkinan
persoalannya terletak pada pola asuh. Dan kekeliruan pola asuh itu datang dari
hal yang remeh. Sebagai contoh jika anda PNS sementara pagi itu hujan, jika
anda memilih libur atau datang terlambat, berarti anda mengajari anak untuk
takut hujan, padahal nenek moyang dulu untuk mencapai madagaskar harus rela menerjang
ganasnya laut hindia. Keberanian yang luar biasa mengingat GPS dan teknologi
sejenisnya belumlah terpikirkan dalam alam pikiran mereka.
Sementara anda yang muslim, bisa melihat
bagaimana kakek kita Utsman bin Affan membangun armada angkatan laut, armada
yang tidak terbayangkan sama sekali oleh pasukan muslim yang hanya mengenal
padang pasir. Dan terbukti angkatan laut romawi yang legendaris sekali pun
harus rela mundur untuk menghindari kerugian yang lebih banyak.
Saad Bin Abi Waqash, dalam perang qadasiyah
melawan romawi harus 3 kali bermalam demi mendapat ilham bagaimana caranya
menyebrangi sungai eufrat yang deras itu, tatkala wadah air salah seorang
pasukannya terhanyut, serta merta sahabatnya yang lain berloncatan membantu
mencarinya. Semua ini ada dan nyata dihadapan legion romawi. Dengan perlahan
rasa takut itu menjalari setiap inci otot-ototnya yang kekar itu.
Jangan Larang Anak untuk Eksplorasi
Kembali ke pola asuh, Pola asuh yang terlalu
banyak larangan yang menakut-nakuti itu secara tidak langsung mematri pikiran
takut, hatta kepada objek yang tidak mengerikan sekali pun. Padahal inti
perkembangan jiwa dan nalar anak justru tumbuh dari rasa percaya diri yang
melahirkan keberanian, bukan kehati-hatian yang tumbuh dari ketakutan dan cari
selamat.
Jika anak saya bermain pasir dan bajunya kotor
saya cenderung membiarkan, selama itu tidak membahayakan jiwanya, begitu juga
di saat anak saya jatuh, saya tidak berteriak, alhasil anak saya tidak pernah
menangis kecuali jika kesakitan.
Jadilah Motivator bagi Anak
Masih pada pola asuh, persoalan selanjutnya
adalah kegagalan orang tua menjadi motivator ulung di hadapan anak anaknya.
Referensi yang kuat untuk menjadi motivator adalah cerita. Baik itu cerita
manusia unggul atau pun cerita dirinya sendiri yang layak dikisahkan di hadapan
anak-anaknya. Sangat mungkin karena tidak ada pengalaman yang menarik untuk
diceritakan, tidak ada rujukan untuk didongengkan, maka cerita itu dititipkan
kepada TV yang sinetronnya banyak berkisah tentang roman picisan yang mengumbar
tema cinta cengeng, kemewahan, kemalangan nasib serta cerita lainnya yang
sejenis.
Alhasil, saat mereka dewasa, jiwanya tidak
hanyut dewasa, jiwanya tetap terformat dalam jiwa yang kekanak-kanakan, jiwa
yang ciut saat cuaca mendung, tepar saat melihat tatapan sinis, bahkan mundur
saat mendengar kritikan. Kita selalu memimpikan keberhasilan namun kita tidak
mau membayar ongkosnya. Padahal kemakmuran dan kewibawaan, kemajuan teknologi
serta tingginya adab lahir dari para ulama yang tintanya mengalir saat
bergadang, datang dari para pedagang gigih, muncul dari para panglima yang
ambisius, serta hadir dari pemimpin yang amanah.
Peristiwa yang luar biasa pun tidak menjamin
mampu menjadikan generasi cengeng menjadi generasi emas, terlalu banyak peristiwa
besar yang dialami bangsa ini, namun tidak juga menghadirkan manusia besar, itu
menurut bung hatta.
Tips Membangun Generasi Hebat yang Unggul
Nah yang jadi pertanyaan adalah bagaimana
membangun generasi yang unggul…?
Jika pertanyaan itu menyeruak dalam alam
pikiran anda, maka anda adalah bagian dari pemotong generasi cengeng seperti
yang dilakukan Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad ath Thusi Abu Hamid
al-Ghazali, yang dikenal Imam Al Ghazali yang mempersembahkan Shalahuddin al
Ayyubi untuk generasi setelahnya.
Banyak cara untuk membangun generasi unggul,
salah satunya dengan cara membuat narasi terbaik yang dapat diperbuat dalam
hidup dan kemudian dilaksanakan oleh masing-masing individu yang menjadi
generasi kita saat ini. Yang berprofesi PNS buatlah narasi hebat tentang
profesionalisme dalam bekerja, begitu pun seorang pebisnis dan ibu rumah
tangga. Itu cara terbaik untuk membangun cerita yang indah yang bisa ditularkan
kepada generasi setelah kita, dan mereka pun percaya bahwa cerita ini bukanlah
tipuan dan rekayasa, karena cerita ini didongengkan oleh kita yang langsung
terlibat di dalamnya, kitalah pelaku utamanya dan banyak saksinya (mutawatir).
Mungkin cerita itu hadir dalam bentuk
perjuangan belajar di tempat jauh dan kita berhasil meraih summa cumlaude, bisa
jadi perjuangan itu berbentuk perjuangan pengalaman pahit getirnya merintis
kerajaan bisnis yang 20%nya diinfakkan untuk dakwah, atau mungkin berbentuk
cerita politisi yang berhasil bangkit dari sandera fitnah dan intrik, atau bisa
jadi muncul dalam cerita sekuriti yang terluka namun sukses menggagalkan
perampokan.
Apalah narasi itu tergantung dunia anda.
Susah…? Memang susah, namun kesusahan itu menjadi ongkos untuk membangun
kejayaan, akan sangat mungkin banyak cibiran dan ejekan, biarlah itu terjadi
karena itu pasti terjadi, nikmatilah prosesnya karena yang mendapat hasilnya
pun anda juga, sementara mereka yang mengejek dan mencibir akan tetap berjalan
di tempat. Nabi saja dicerca apalagi kita. tugas kita hanya menguatkan tekad
dan menyempurnakan usaha, persoalan hasil serahkan kepada Dzat yang membuat
kehidupan dan kematian.
Itu Tips Mengasuh Anak Menjadi Hebat menurut saya, kalau menurut anda bagaimana…? (berbagi tips bermanfaat : tipsnya.com)
Tidak ada komentar untuk "Tips Mengasuh Anak Menjadi Hebat"
Posting Komentar